Saat ini MAPALA menjadi tranding topic di seluruh sosial media. Dan benar saja Ulasan2 berbau MAPALA langsung ramai diperbincangkan dan diperdebatkan bahkan di serang dengan sadis oleh natizen dari berbagai penjuru. Cuitan-cuitan pedas seolah mencekik leher kami, menjadikan dada berdesir ketika membacanya dan membuat hati tersayat2 penuh cambukan. Perlu dipahami, Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) adalah Unit Kegiatan Mahasiswa yang menggeluti berbagai bidang guna melestarikan alam (Mewujudkan Alam yang lestari) oleh karena itu untuk menjadi anggota mapala memang tidak mudah, ada berbagai proses pendidikan dan pelatihan yang secara mental, fisik dan keterampilan bahkan pemikiran dan ideologinya dituntut untuk matang . Keras memang keras, sakit memang sakit oleh karena itu kami sesadar2nya menyadari sakit itu adalah sebagian dari "PROSES". Proses dimana merasakan semua hal bersama-sama (Satu rasa, Sama Rasa), saling memegang tangan, saling menguatkan satu sama lain agar bisa keluar bersama2 untuk mendapatkan (Nama yang baru, keluarga yang baru, tempat yang baru, baju yang baru, bendera yang baru dan nomer anggota yang valid ). Tanpa terkecuali semua yang mengaku Anggota Mapala pasti pernah mengalami masa2 Pendidikan, dari situlah terbentuk rasa kasih sayang, tumbuh rasa memiliki, melekatnya rasa cinta yang besar dan tercipta solidaritas yg tinggi terhadap sesama anggota Mapala diseluruh Indonesia yang menjunjung satu KODE ETIK YANG SAMA. Oleh karena itu KAMI BANGGA MENJADI MAPALA. MAPALA mengajarkan kami bahwa semua hal itu perlu proses yang tidak mudah dan tidak instan. Semua perlu dijalani, perlu perjalanan panjang dan ketika sudah menyelesaikan akan bertememu titik dmana rasa bangga yang besar.. Bahkan hebatnya mapala tidak menerima suap tidak menerima sogokan dan tidak ada sistem kolusi dalam mendapatkan anggota baru (siapa yang berproses dia adalah anggota). Sebuah keringat yang pernah "Menetes" bahkan, Asinnya air mata akan menjadi gurih ketika tangan mereka yang penuh debu mengusapkannya penuh kasih sayang dan itu membuat kami menjadi berat melepaskan satu sama lain. Kami di didik bukan untuk membunuh, kami dilatih bukan untuk menyiksa, lalu untuk apa?? Kembali lagi kami dibentuk untuk menjadi manusia yang MENGABDI PENUH TANGGUNG JAWAB KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA dengan cara PEDULI TERHADAP ALAM CIPTAAN-NYA. Lalu pertanyaanya kenapa sampai ada yang meninggal saat pendidikan dan pelatihan?? Menurut saya itu adalah kelalaian dari "oknum" terkait / individu per individu yang 'mungkin' kurang memahami etika dan education, sehingga pengendalian diri yang kurang. Perlu ditekankan "Tidak semua Mapala" memiliki pendidik dan pelatih yang arogant - setiap pendidikan dan pelatihan pasti ada standarnya dan aturannya masing2. Jadi salah jika ada yang mengatakan "Mapala Pembunuh" - Padahal Mapala Tak Bersenjata. Kenapa harus bersenjata? Hanya dengan gertakan dan tatapan mata saja sudah bisa menyentuh aspek psikologis para peserta dan membuatnya menjadi manusia yang tangguh mental, (mental baja). Memang benar, Mapala Itu Hebat dan berbeda buktikan saja tanpa mengundang dan mencari calon anggota, mereka yang punya "JIWANYA" akan datang dengan sendiri untuk bergabung, dan sadar dengan sendrinya mengikuti segala prosedur tanpa adanya paksaan. Jadi jika ada peserta yang BERHENTI bukan Mapala yang menghentikan, bukan panitia yang menghentikan namun "SELEKSI ALAM" yang membuatnya harus mundur. MAPALA TETAPLAH Manusia, walaupun begitu kami juga punya HATI. Kami tidak pernah INGIN jika saudara kami ada yang harus "BERPULANG", yang kami INGIN adalah semua yang mengikuti Pendidikan Dapat Bertahan dan pada akhirnya menjadi satu dan bercengkrama ria setiap hari di dalam rumah Kebanggaan.
OLeh karena itu dengan sedalam-dalamnya turut berduka cita atas tragedi yang menimpa saudara kami di Yogyakarta . Teruntuk Calon saudara-saudaraku yang gagal berproses dan harus menghentikan prosesnya " percayalah ketinggian Tuhan adalah kemenangan yang sesungguhnya" memang sulit mengikhlaskan kepergian ananda2 tercinta. Sungguh disayangkan memang, namun harus bagaimana? Tuhan Lebih Menyayangi Mereka Yang Berjiwa Besar untuk bersandar di pangkuanNya semoga selalu dalam kedamaian dan ketentraman yang multak dan Keluarga yang ditinghalkan diberi Ketabahan, kesabaran dan keihlasan.
Teruntuk Mahasiswa Pencinta Alam. Dengan tragedi ini, ayo kita tarik dari berbagai segi positif - negatif dan dampak2 yang ada untuk sebagai bahan dasar evaluasi agar MAPALA tetap teguh pada Visi Misi-nya yang sebenarnya. Tetap Semangat dan jangan terkecoh dengan apa yang orang tidak tahu tentang kita. SALAM LESTARI!! - PadaMu Tuhan Kami Mengabdi
Mohon maaf jika ada salah2 kata karena manusia tidak lepas dari kesalahan dan kesempurnaan hanya Milik Tuhan Yang Maha Esa.
Komentar
Posting Komentar