MAPALA (Mahasiswa Paling Lama)
Istilah plesetan ini mungkin tidak asing lagi di telinga
kita, yang sebenarnya MAPALA Mahasiswa Pecinta Alam menjadi Mahasiswa Paling
Lama. Tapi istilah plesetan ini real ada di kalangan anak-anak Mapala. Coba
kita main-main ke sekret Mapala atau bertemu Anak Mapala waktu ekspedisi atau
kegiatan yang lain, pasti ada sebagian mereka yang kuliahnya molor dengan
alasan-alasan tertentu.
Tetapi kita bukan membahas teman-teman mapala yang ada di
luar, kita ngomongin kita sendiri yaitu fenomena yang ada di Pasung. Di kampus
Unsuri ini kuliah S1 ditempuh maksimal 4 tahun sudah lulus kalau kuliah dengan
disiplin dan rajin ngerjain tugas dan lain,.lain.
Kalau anak-anak pasung ini selalu terhambat dengan
perkuliannya, tidak sedikit anggota kami yang mengambil cuti, dengan alasan
kehabisan biaya untuk bayar semesteran, banyak juga yang alasan ketinggalan
matakuliah dan akirnya tidak mengerjakan tugas. Kenapa mereka mempunyai kasus seperti
itu.....????
Kali ini penulis akan mengupas tuntas fenomena yang ada
di Pasung, hasil obrolan kopi yang sangat santai di iringi musik klasik akirnya
satu persatu keluar dari mulut yang penuh kejujuran. Banyaknya kegiatan Pasung
baik di dalam pasung atau undangan yang masuk yang wajib di hadiri dan
memerlukan waktu yang panjang. Contoh pengembaraan pendakian di atas 3000 Mdpl
itu tidak cukup 1 atau 2 hari, arjuna-welirang 3-4 hari, semeru 4-5 hari. Ini
masih di daerah jawa timuran, belum di jawa tengah, jabar dan lain sebagainya.
Kegiatan di luar Contoh latgap SAR, Paving dan sebagainya juga memerlukan waktu
yang cukup panjang. Untuk pembiayaan pengembaraan kita merogoh dompet sendiri,
padahal kebutuhan naik gunung tidak murah, semeru per anak 600-700 ribu, baru
bisa naik. Itu masih pengembaraan 1 divisi belum divisi yang lain yang harus di
laksanakan dan di kuasai. Untuk pengembaraan sendiri dilakukan anggota muda
(secraft hijau) minimal 6 bulan dilanjut Pendidikan Lanjut untuk mengambil
scraf kuning sebagai anggota tetap. Masa-masa itu anggota ekstra menguras waktu
tenaga dan biaya. Dari pihak pengurus sendiri tidak menganggarkan kegiatan
tersebut itu sudah di atur dalam AD/ART. Belum lagi menjadi relawan yang
memanggil hati kita untuk terjun kelapangan yang membutuhkan waktu berminggu
minggu dan sewaktu waktu.
Sebetulnya penguruspun sudah menyarankan kalau ekspedisi
dan pengembaraan ambil waktu liburan kuliah saja, tapi mereka beralasan ada
yang mudik ke kampung kalau libur kuliah.,Biasa anak kos.
Dengan adanya fenomena yang seperti ini tidak bisa di
pungkiri ambil kegiatan jam kuliah, pembiayaan kegiatan ambil uang saku jelas
mereka kehabisan uang untuk bayar semesteran dan telat di mata kuliah.
Disisi lain, walaupun mereka kuliahnya molor tapi mereka
kelihatan happy bisa menikmati masa-masa kuliah teman mereka banyak di dalam
kampus bahkan di luar kampus. Biasanya tipe anak-anak seperti ini terkenal
siapa yang tidak kenal si A si B. Suatu saat dengan lamanya menjadi mahasiswa
dan mempunyai pengalaman dan teman yang banyak, lulus pun sudah matang dan siap
melangkah lebih jauh lagi.
Teman satu angkatannya dan teman kelas sudah pada lulus
banyak yang masih sambang ke sekret, jadi mereka kembali ke kampus masih ada
yang di tuju. Kadang kadang kan kalau sudah lulus mau kembali ke kampus sudah
sungkan karena tidak ada yang di tuju/atau tidak ada kepentingan yang lain.
Curhatan Hati :
Penulis yang lalu membahas jomblonya anak mapala karena
selalu di tinggal pergi, kali ini fenomena mahasiswa paling lama. Ini semua
sudah resiko yang di hadapi.
Pesan Penulis:
Dalam setiap resiko dan setiap pengalaman pasti ada
hikmahnya. Masa muda harus berbahaya.
Wawoow,patut di aperesiasi juga kepada mapala yg kulianya sampe ber abad2,,hehhe
BalasHapus