_
TENTANG DIKSAR__
DIKSAR adalah zona pendidikan bukan kekerasan. Disana ada perlakuan fisik dan perlakuan mental. MESTI, HARUS, KUDU. Kenapa ada fisik dan mental karena itu persiapan untuk aktifitas Petualangan.
TENTANG DIKSAR__
DIKSAR adalah zona pendidikan bukan kekerasan. Disana ada perlakuan fisik dan perlakuan mental. MESTI, HARUS, KUDU. Kenapa ada fisik dan mental karena itu persiapan untuk aktifitas Petualangan.
Petualangan beda dengan Travelling apalagi tamasya. Petualangan adalah
sarana untuk memenuhi sisi ke-BINATANG-an kita, sisi LIAR manusia yang
dalam bahasa keren disebut dengan adrenalin. Diakui atau tidak semua
manusia memiliki sisi LIAR yang mendorong dia melakukan hal-hal gila.
Kita tentu sulit menjelaskan kenapa beberapa diantara kita suka untuk naik Banana Boat padahal itu berbahaya, kenapa mau tidur di tenda padahal ada kasur yang nyaman di rumah. Kenapa suka Perkour, free style bike, skateboard. Itulah sisi ke-Binatang-an kita.
Dalam kasta tertingginya Petualangan bahkan menganggap “Save” bukanlah petualangan. Karena “Save” tidak menghadirkan adrenalin. Disinilah para penantang-penantang maut bermain. Kalau anda gemar panjat tebing pasti tahu nama Alex Honnold. Tentu kasta ini sangat tidak disarankan bagi pemula.
Di Diksar, fisik harus ditempa. Bermain di alam bukanlah safari di kebun binatang, bukan juga MTMA dengan sorotan kamera drone yang setiap sudutnya tampak indah.
Selain fisik tentu juga mental, kenapa mental, karena tumpuan kekuatan yang sebenarnya bukanlah pada fisik tapi mental. Fisik yang kuat tapi mental yang lemah akan menjadikan orang mubazir fisik. Bodi atletis tapi melompati selokan saja harus pegang tangan.
Lantas apakah ini bisa dijadikan alasan kekerasan dalam DIKSAR. Tentu tidak kawan. Diksar adalah diksar dan kekerasan adalah kekerasan, bagi saya ini dua hal yang berbeda. Kalau ada yang menganggap itu sama, saya mau bilang ini persoalan perspektif dan itu membutuhkan diskusi lain yang mungkin bisa menghabiskan 3 atau 4 gelas kopi.
Apa anda bisa mendifinisikan seperti apa itu kekerasan psikologi? bahkan menasehati saja kita bisa dituduh melakukan kekerasan.
Jadi? Apakah tragedi yang memakan korban jiwa 3 orang di Jogja bukan kesalahan. Tentu itu kesalahan. Mengenai apa, bagaimana, dan siapa yang salah, polisi nanti yang lebih tahu. Yang bersalah tentu harus dihukum.
Jika teman-teman sadari DIKSAR itu zona aktifitas yang sarat akan tanggungjawab, sebab kita diberi kebebasan penuh untuk memberi treatmen pada peserta.
Disanalah calon anggota dipersiapkan untuk mengeksplorasi sisi LIAR-nya. Menjadi generasi Risk Taker yang siap menghadapi tantangan.
Olehnya disana tidak boleh ada sentimen pribadi apalagi balas dendam. SOP yang sudah disepakati harus dijalankan dengan konsisten. Semua gerak dan perlakuan harus memiliki tujuan dan muatan pendidikan.
Zona ini HARUS BEBAS dari anggota yang LABIL dan tidak tahu filosofi DIKSAR. Harus ditangani orang yang TUNTAS BERPROSES dan PAHAM akan seluk beluk pendidikan. Bukan mereka yang numpang tidur dan nebeng pamor.
Buat teman-teman MAPALA, berpegang teguhlah pada NALURImu, menurut pengalaman kita bersama itu tidak pernah menyesatkan. Dan saya rasa kita masih tahu dan sama sepakat bahwa MAPALA bukan geng motor.
Saya Masih Bangga Pernah Ikuti DIKSAR
Kita tentu sulit menjelaskan kenapa beberapa diantara kita suka untuk naik Banana Boat padahal itu berbahaya, kenapa mau tidur di tenda padahal ada kasur yang nyaman di rumah. Kenapa suka Perkour, free style bike, skateboard. Itulah sisi ke-Binatang-an kita.
Dalam kasta tertingginya Petualangan bahkan menganggap “Save” bukanlah petualangan. Karena “Save” tidak menghadirkan adrenalin. Disinilah para penantang-penantang maut bermain. Kalau anda gemar panjat tebing pasti tahu nama Alex Honnold. Tentu kasta ini sangat tidak disarankan bagi pemula.
Di Diksar, fisik harus ditempa. Bermain di alam bukanlah safari di kebun binatang, bukan juga MTMA dengan sorotan kamera drone yang setiap sudutnya tampak indah.
Selain fisik tentu juga mental, kenapa mental, karena tumpuan kekuatan yang sebenarnya bukanlah pada fisik tapi mental. Fisik yang kuat tapi mental yang lemah akan menjadikan orang mubazir fisik. Bodi atletis tapi melompati selokan saja harus pegang tangan.
Lantas apakah ini bisa dijadikan alasan kekerasan dalam DIKSAR. Tentu tidak kawan. Diksar adalah diksar dan kekerasan adalah kekerasan, bagi saya ini dua hal yang berbeda. Kalau ada yang menganggap itu sama, saya mau bilang ini persoalan perspektif dan itu membutuhkan diskusi lain yang mungkin bisa menghabiskan 3 atau 4 gelas kopi.
Apa anda bisa mendifinisikan seperti apa itu kekerasan psikologi? bahkan menasehati saja kita bisa dituduh melakukan kekerasan.
Jadi? Apakah tragedi yang memakan korban jiwa 3 orang di Jogja bukan kesalahan. Tentu itu kesalahan. Mengenai apa, bagaimana, dan siapa yang salah, polisi nanti yang lebih tahu. Yang bersalah tentu harus dihukum.
Jika teman-teman sadari DIKSAR itu zona aktifitas yang sarat akan tanggungjawab, sebab kita diberi kebebasan penuh untuk memberi treatmen pada peserta.
Disanalah calon anggota dipersiapkan untuk mengeksplorasi sisi LIAR-nya. Menjadi generasi Risk Taker yang siap menghadapi tantangan.
Olehnya disana tidak boleh ada sentimen pribadi apalagi balas dendam. SOP yang sudah disepakati harus dijalankan dengan konsisten. Semua gerak dan perlakuan harus memiliki tujuan dan muatan pendidikan.
Zona ini HARUS BEBAS dari anggota yang LABIL dan tidak tahu filosofi DIKSAR. Harus ditangani orang yang TUNTAS BERPROSES dan PAHAM akan seluk beluk pendidikan. Bukan mereka yang numpang tidur dan nebeng pamor.
Buat teman-teman MAPALA, berpegang teguhlah pada NALURImu, menurut pengalaman kita bersama itu tidak pernah menyesatkan. Dan saya rasa kita masih tahu dan sama sepakat bahwa MAPALA bukan geng motor.
Saya Masih Bangga Pernah Ikuti DIKSAR
Komentar
Posting Komentar