|| KENANGLAH PENDAKIAN GUNUNGMU ||
Sekali waktu ceritakanlah pendakian gunung tersebut kepada orang lain. Bila yang mendengarkan cerita Anda seorang pendaki gunung atau orang yang ingin mendaki gunung, maka dia akan mendengarkan cerita Anda dengan penuh antusias.
Dan apabila yang mendengarkan cerita Anda bukan pendaki, maka mereka akan sekedar menjadi pendengar yang baik. Barangkali, dalam hati berkata ‘buat apa mendaki gunung dan jatuh bangun di tengah hutan, lebih baik di rumah atau mengerjakan sesuatu yang bermanfaat’
Pendakian gunung, penjelajahan hutan, keluar masuk gua, panjat tebing, atau segala kegiatan di alam terbuka memang suatu kegiatan yang penuh tantangan bagi orang terpanggil untuk melakukannya. Berhasil menggapai puncak tertinggi atau dasar terdalam merupakan sesuatu yang membanggakan. Setelah semuanya telah tercapai, apa yang Anda rasakan? Apakah kebanggaan itu kembali masuk dalam diri dan sekedar menjadi sebuah kenangan saja?
Mendaki gunung bukanlah kebanggaan untuk unjuk diri atas kemampuan, keberanian, dan keberhasilan mencapai puncak. Serta menjadi sebuah cerita dan kisah yang menarik lalu dilupakan oleh waktu dan pengalaman baru. Sampai di puncak setelah menembus belantara dalam cuaca yang dingin dan mencekam memang kegembiraan.
Lebih dari itu, mendaki gunung adalah semangat untuk mengenal diri kita melalui alam yang telah diberikan kepada kita oleh Sang Maha Kuasa. Untuk mencintai dan bertekuk lutut di hadapan Sang Kuasa atas semua yang kita rasakan lewat alam semesta.
Malam hari saat di puncak gunung, pandang bintang – bintang di langit. Pagi hari saat di atas bukit, lihatlah hamparan rumput hijau. Dengarkan gemuruh kawah gunung, desiran angin dan usapan embun lembut yang turun ke lembah mengusap wajah dan kulit kita. Rasakan…. Kita bukan apa – apa.
Sekali waktu ceritakanlah pendakian gunung tersebut kepada orang lain. Bila yang mendengarkan cerita Anda seorang pendaki gunung atau orang yang ingin mendaki gunung, maka dia akan mendengarkan cerita Anda dengan penuh antusias.
Dan apabila yang mendengarkan cerita Anda bukan pendaki, maka mereka akan sekedar menjadi pendengar yang baik. Barangkali, dalam hati berkata ‘buat apa mendaki gunung dan jatuh bangun di tengah hutan, lebih baik di rumah atau mengerjakan sesuatu yang bermanfaat’
Pendakian gunung, penjelajahan hutan, keluar masuk gua, panjat tebing, atau segala kegiatan di alam terbuka memang suatu kegiatan yang penuh tantangan bagi orang terpanggil untuk melakukannya. Berhasil menggapai puncak tertinggi atau dasar terdalam merupakan sesuatu yang membanggakan. Setelah semuanya telah tercapai, apa yang Anda rasakan? Apakah kebanggaan itu kembali masuk dalam diri dan sekedar menjadi sebuah kenangan saja?
Mendaki gunung bukanlah kebanggaan untuk unjuk diri atas kemampuan, keberanian, dan keberhasilan mencapai puncak. Serta menjadi sebuah cerita dan kisah yang menarik lalu dilupakan oleh waktu dan pengalaman baru. Sampai di puncak setelah menembus belantara dalam cuaca yang dingin dan mencekam memang kegembiraan.
Lebih dari itu, mendaki gunung adalah semangat untuk mengenal diri kita melalui alam yang telah diberikan kepada kita oleh Sang Maha Kuasa. Untuk mencintai dan bertekuk lutut di hadapan Sang Kuasa atas semua yang kita rasakan lewat alam semesta.
Malam hari saat di puncak gunung, pandang bintang – bintang di langit. Pagi hari saat di atas bukit, lihatlah hamparan rumput hijau. Dengarkan gemuruh kawah gunung, desiran angin dan usapan embun lembut yang turun ke lembah mengusap wajah dan kulit kita. Rasakan…. Kita bukan apa – apa.
Komentar
Posting Komentar