MATI
KARENA DI KRIMINALISASI
Coba ingat ingat ....
Orang tua datang membawa anak ke sekolah dasar.
Ibu guru, saya mau menyekolahkan anak saya ke SD ini ... katanya
Oh mangga bu, silahkan, tapi ini syarat-syarat yang harus dipenuhi ... kata guru petugas pendaftaran. Lalu kesepakatan terjadi. Ortu harus bayar uang ini dan itu, sedang pihak sekolah harus melakukan kewajiban bagi si anak ini dan itu. Setahun kemudian, si anak dinyatakan naik ke kelas berikutnya. Ortu, sekolah, guru dan anak semua senang ....
Ingat ingat lagi ....
Di suatu malam, serombongan keluarga datang ke keluarga lain, berniat meminang seorang gadis, pujaan sang pemuda. Pinangan diterima, setelah segala persyaratan selesai dilakukan semua pihak. Pernikahan terjadi, dan tepat setahun kemudian keluarga baru ini telah menimang bayi kecil mungil yang lucu.
Kedua kasus diatas, semua terjadi dengan begitu saja, sesuai dengan urutan kronologisnya. Nampak ada yang berbeda disana sini, namun secara subtansi, sesungguhnya sama. Menampakan sebuah pola, dimana filsafat relational menjadi fondamen dasar, saat kita berbicara tentang sebuah struktur yang baku.
Apapun itu, struktur akan mengikuti urutan kaidah-kaidah sbb :
1. Azas KETERHUBUNGAN, antara satu dengan yang lainnya, dalam konteks kepercayaan, keyakinan, cinta, hoby, tugas, peran , dsb.
2. Azas KESEPAKATAN, yang sudah saling terhubung tadi sama sama membuat kesepakatan yang saling mengikat antara satu dengan yang lainnya, dalam bentuk komitmen bersama.
3. Azas PERTUKARAN. Proses selanjutnya, adalah pertukaran diantara yang bersepakat tadi, dalam bentuk apapun. Apakah berupa uang, tenaga, perhatian, kasih sayang, atensi, ilmu, pengetahuan, dsb.
4. Azas KESEIMBANGAN DINAMIS. Dengan adanya proses pertukaran tadi, membuat semua pihak merasakan manfaat untuk semakin meninggikan derajat dirinya. Tetap seimbang dan harmonis, namun terus menapak semakin tinggi. Persis seperti bentuk spiral yang melingkar, namun semakin tinggi ( dinamis ), dan bukan pada bidang flat ( statis – lingkaran setan ).
5. Azas KEBARUAN FUNGSI. Dengan adanya bentuk keseimbangan yang terus menerus naik meninggi, maka fungsi dan pemeranan diri, juga otomatis akan semakin meluas, baik secara vertikal maupun horizontal.
Anak yang masuk sekolah, mengikuti alur pola diatas. Semakin lama semakin luas pengetahuannya, sehingga peran dan fungsi dirinya juga berubah semakin lengkap dan kompleks. Baik di rumah, di lingkungan, maupun disekolah. Hal yang sama dengan sekolah yang bertambah baik karena dukungan dari orang tua murid.
Dua sejoli yang berkomitmen menikah, juga naik peran dan fungsi dirinya. Yang tadinya bujangan, kini menjadi sebuah keluarga, dimana hak dan tanggung jawabnya juga berbeda.
Kita periksa ditingkat selular ....
Sel yang terhubung dengan lingkungannya. Sel yang bersepakat lalu menukarkan apa yang boleh masuk melalui membran sel, dan mengeluarkan hasil proses kembali ke lingkungan. Sehingga sel tadi bisa tetap hidup dan berkembang sehat dengan melakukan proses-proses organisasi diri ( metabolisma dan regenerasi ). Sehingga sel dan kumpulannya dalam bentuk jaringan, juga sehat untuk menunjang fungsi dan pemerannya selaku bagian dari tubuh. Sistem pertukaran dengan lingkungan di kenal sebagai Autopoiesis dari Maturana dan Varela. Ditunjang secara teoretis oleh pendekatan kimia disupatif dari Illya Prigogine, pemenang Nobel bio-kimia.
Ternyata urutan 1 – 5 diatas juga berlaku disemua tataran kehidupan. Sekaligus merupakan bagian intrinsik dari sebuah sistem tatadiri alam semesta, atau the Self Organizing Universe. Bagaimana sebuah kecerdasan dinaikan dengan melalui media keterhubungan, kesepakatan, pertukaran, keseimbangan dinamis dan kebaruan fungsi totalitas. Termasuk bagaimana sebuah pengetahuan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya tanpa terputus, selaku sebuah learning process.
Di abad 21 ini lalu menjadi kewajaran, saat semua pihak mulai menyadari suatu hal yang sangat esensial. Bahwa apapun bentuknya, baik pribadi maupun institusi, sesungguhnya adalah sebuah The Learning Organization. Bahwa kekayaan institusi bukan semata modal kerja, SDM dan assets. Tetapi justru pengetahuan ( knowledge ) yang terkolektifkan dari awal sampai akhir.
Pada masyarakat jaringan, atau the Network Society seperti yang diungkap oleh Manuel Castels 1998, tak akan pernah ada pekerjaan seumur hidup. Namun jutru pembelajaran seumur hidup. Yang berlaku adalah the long life learning , dan bukan the long life job. Dimana pengetahuan, knowledge, informasi menjadi kekayaan yang sesungguhnya. Silahkan tanya pada Bill Gates dengan Windows nya, atau Mark Zuckerberg dengan Facebooknya. Dimana yang membuat mereka kaya adalah berupa pengetahuan ( Windows dan FB ).
Aliran informasi, energi, pengetahuan, dalam jaring-jaring keterhubungan, kesepakatan, pertukaran dan keseimbangan dinamis, membuat kecerdasan meningkat. Sebaliknya, menghilangkan keterhubungan sama saja dengan praktek isolasi dan alienasi diri. Kesepakatan tidak ada, pertukaran tak pernah terjadi, dan akibatnya keseimbangan berubah menjadi statis. Seperti gerak melingkar dalam bidang flat. Bergerak terus, namun sesungguhnya dia tak bergerak kemana-mana. Tak lagi kenal mana ujung mana pangkal, dan itulah lingkaran setan.
Bukan pintar, tapi merasa sudah pintar. Bukan tahu, tapi merasa sudah tahu. Bukan berpengalaman, namun merasa berpengalaman dst ... yang ada hanya fatamorgana, “rarasaan” ( sunda ) seolah olah ada, namun cuma gambaran imajiner.
Nah ...
Pak mentri, pak dirjen, pak rektor, pak dosen ....
Dan semua pemangku otoritas pendidikan di negeri ini, para akademisi cerdik pandai, tentunya sudah paham benar dengan apa yang ditulis diatas. Daaa ... kalau sayah mah apah atuh ... :D
Bahwa kepmen no 155/U/1998, 30 juni 1998, ternyata sudah memutus mahasiswa dari kakak-kakaknya para alumnus. Sebuah proses isolasi dan alienasi. Sehingga aliran pengetahuan empirik yang sangat berharga, dan yang seharusnya terkolektifkan itu, tidak terjadi. Akibatnya adik adik kita UKM , terutama Mapala, layaknya terus menerus mentah. Padahal tugas dan amanah institusi pendidikan tinggi, selaku wadah pembinaan karakter, ada pada pundak mereka.
Lalu alangkah sayangnya, ketika korban pendidikan dasar berjatuhan. Bukan oleh objektif danger dari sang alam itu sendiri. Namun subjektif danger dari para pengelolanya yang minim pengetahuan serta jam terbang. Aliran pengetahuan yang terkolektifkan tadi, diputus oleh kepmen 155, serta masa kuliah yang 4-5 tahun saja. Antara mahasiwa dan para seniornya, tak ada lagi keterhubungan, tak ada lagi kesepakatan, minim pertukaran, lalu keseimbangan menjadi statis, sedang fungsi totalitas menjadi stagnan.
Mereka para instruktur, staf kolat, para danlat, yang kemudian terpaksa harus masuk penjara. Bukan karena mereka kriminal, bukan karena mereka penjahat, bukan karena mereka pencoleng, koruptor atau gembong narkoba. Melainkan karena adanya kesengajaan dan pembiaran . Sengaja memutus arus perbendaharaan pengetahuan terkolektifkan, dan membiarkannya selama belasan tahun, sejak 1998 sampai sekarang.
Lalu pembekuan organisasi ditanda-tangani.
Dan Mapala akan mati
Karena di kriminalisasi ...
-Yat Lessie-
KARENA DI KRIMINALISASI
Coba ingat ingat ....
Orang tua datang membawa anak ke sekolah dasar.
Ibu guru, saya mau menyekolahkan anak saya ke SD ini ... katanya
Oh mangga bu, silahkan, tapi ini syarat-syarat yang harus dipenuhi ... kata guru petugas pendaftaran. Lalu kesepakatan terjadi. Ortu harus bayar uang ini dan itu, sedang pihak sekolah harus melakukan kewajiban bagi si anak ini dan itu. Setahun kemudian, si anak dinyatakan naik ke kelas berikutnya. Ortu, sekolah, guru dan anak semua senang ....
Ingat ingat lagi ....
Di suatu malam, serombongan keluarga datang ke keluarga lain, berniat meminang seorang gadis, pujaan sang pemuda. Pinangan diterima, setelah segala persyaratan selesai dilakukan semua pihak. Pernikahan terjadi, dan tepat setahun kemudian keluarga baru ini telah menimang bayi kecil mungil yang lucu.
Kedua kasus diatas, semua terjadi dengan begitu saja, sesuai dengan urutan kronologisnya. Nampak ada yang berbeda disana sini, namun secara subtansi, sesungguhnya sama. Menampakan sebuah pola, dimana filsafat relational menjadi fondamen dasar, saat kita berbicara tentang sebuah struktur yang baku.
Apapun itu, struktur akan mengikuti urutan kaidah-kaidah sbb :
1. Azas KETERHUBUNGAN, antara satu dengan yang lainnya, dalam konteks kepercayaan, keyakinan, cinta, hoby, tugas, peran , dsb.
2. Azas KESEPAKATAN, yang sudah saling terhubung tadi sama sama membuat kesepakatan yang saling mengikat antara satu dengan yang lainnya, dalam bentuk komitmen bersama.
3. Azas PERTUKARAN. Proses selanjutnya, adalah pertukaran diantara yang bersepakat tadi, dalam bentuk apapun. Apakah berupa uang, tenaga, perhatian, kasih sayang, atensi, ilmu, pengetahuan, dsb.
4. Azas KESEIMBANGAN DINAMIS. Dengan adanya proses pertukaran tadi, membuat semua pihak merasakan manfaat untuk semakin meninggikan derajat dirinya. Tetap seimbang dan harmonis, namun terus menapak semakin tinggi. Persis seperti bentuk spiral yang melingkar, namun semakin tinggi ( dinamis ), dan bukan pada bidang flat ( statis – lingkaran setan ).
5. Azas KEBARUAN FUNGSI. Dengan adanya bentuk keseimbangan yang terus menerus naik meninggi, maka fungsi dan pemeranan diri, juga otomatis akan semakin meluas, baik secara vertikal maupun horizontal.
Anak yang masuk sekolah, mengikuti alur pola diatas. Semakin lama semakin luas pengetahuannya, sehingga peran dan fungsi dirinya juga berubah semakin lengkap dan kompleks. Baik di rumah, di lingkungan, maupun disekolah. Hal yang sama dengan sekolah yang bertambah baik karena dukungan dari orang tua murid.
Dua sejoli yang berkomitmen menikah, juga naik peran dan fungsi dirinya. Yang tadinya bujangan, kini menjadi sebuah keluarga, dimana hak dan tanggung jawabnya juga berbeda.
Kita periksa ditingkat selular ....
Sel yang terhubung dengan lingkungannya. Sel yang bersepakat lalu menukarkan apa yang boleh masuk melalui membran sel, dan mengeluarkan hasil proses kembali ke lingkungan. Sehingga sel tadi bisa tetap hidup dan berkembang sehat dengan melakukan proses-proses organisasi diri ( metabolisma dan regenerasi ). Sehingga sel dan kumpulannya dalam bentuk jaringan, juga sehat untuk menunjang fungsi dan pemerannya selaku bagian dari tubuh. Sistem pertukaran dengan lingkungan di kenal sebagai Autopoiesis dari Maturana dan Varela. Ditunjang secara teoretis oleh pendekatan kimia disupatif dari Illya Prigogine, pemenang Nobel bio-kimia.
Ternyata urutan 1 – 5 diatas juga berlaku disemua tataran kehidupan. Sekaligus merupakan bagian intrinsik dari sebuah sistem tatadiri alam semesta, atau the Self Organizing Universe. Bagaimana sebuah kecerdasan dinaikan dengan melalui media keterhubungan, kesepakatan, pertukaran, keseimbangan dinamis dan kebaruan fungsi totalitas. Termasuk bagaimana sebuah pengetahuan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya tanpa terputus, selaku sebuah learning process.
Di abad 21 ini lalu menjadi kewajaran, saat semua pihak mulai menyadari suatu hal yang sangat esensial. Bahwa apapun bentuknya, baik pribadi maupun institusi, sesungguhnya adalah sebuah The Learning Organization. Bahwa kekayaan institusi bukan semata modal kerja, SDM dan assets. Tetapi justru pengetahuan ( knowledge ) yang terkolektifkan dari awal sampai akhir.
Pada masyarakat jaringan, atau the Network Society seperti yang diungkap oleh Manuel Castels 1998, tak akan pernah ada pekerjaan seumur hidup. Namun jutru pembelajaran seumur hidup. Yang berlaku adalah the long life learning , dan bukan the long life job. Dimana pengetahuan, knowledge, informasi menjadi kekayaan yang sesungguhnya. Silahkan tanya pada Bill Gates dengan Windows nya, atau Mark Zuckerberg dengan Facebooknya. Dimana yang membuat mereka kaya adalah berupa pengetahuan ( Windows dan FB ).
Aliran informasi, energi, pengetahuan, dalam jaring-jaring keterhubungan, kesepakatan, pertukaran dan keseimbangan dinamis, membuat kecerdasan meningkat. Sebaliknya, menghilangkan keterhubungan sama saja dengan praktek isolasi dan alienasi diri. Kesepakatan tidak ada, pertukaran tak pernah terjadi, dan akibatnya keseimbangan berubah menjadi statis. Seperti gerak melingkar dalam bidang flat. Bergerak terus, namun sesungguhnya dia tak bergerak kemana-mana. Tak lagi kenal mana ujung mana pangkal, dan itulah lingkaran setan.
Bukan pintar, tapi merasa sudah pintar. Bukan tahu, tapi merasa sudah tahu. Bukan berpengalaman, namun merasa berpengalaman dst ... yang ada hanya fatamorgana, “rarasaan” ( sunda ) seolah olah ada, namun cuma gambaran imajiner.
Nah ...
Pak mentri, pak dirjen, pak rektor, pak dosen ....
Dan semua pemangku otoritas pendidikan di negeri ini, para akademisi cerdik pandai, tentunya sudah paham benar dengan apa yang ditulis diatas. Daaa ... kalau sayah mah apah atuh ... :D
Bahwa kepmen no 155/U/1998, 30 juni 1998, ternyata sudah memutus mahasiswa dari kakak-kakaknya para alumnus. Sebuah proses isolasi dan alienasi. Sehingga aliran pengetahuan empirik yang sangat berharga, dan yang seharusnya terkolektifkan itu, tidak terjadi. Akibatnya adik adik kita UKM , terutama Mapala, layaknya terus menerus mentah. Padahal tugas dan amanah institusi pendidikan tinggi, selaku wadah pembinaan karakter, ada pada pundak mereka.
Lalu alangkah sayangnya, ketika korban pendidikan dasar berjatuhan. Bukan oleh objektif danger dari sang alam itu sendiri. Namun subjektif danger dari para pengelolanya yang minim pengetahuan serta jam terbang. Aliran pengetahuan yang terkolektifkan tadi, diputus oleh kepmen 155, serta masa kuliah yang 4-5 tahun saja. Antara mahasiwa dan para seniornya, tak ada lagi keterhubungan, tak ada lagi kesepakatan, minim pertukaran, lalu keseimbangan menjadi statis, sedang fungsi totalitas menjadi stagnan.
Mereka para instruktur, staf kolat, para danlat, yang kemudian terpaksa harus masuk penjara. Bukan karena mereka kriminal, bukan karena mereka penjahat, bukan karena mereka pencoleng, koruptor atau gembong narkoba. Melainkan karena adanya kesengajaan dan pembiaran . Sengaja memutus arus perbendaharaan pengetahuan terkolektifkan, dan membiarkannya selama belasan tahun, sejak 1998 sampai sekarang.
Lalu pembekuan organisasi ditanda-tangani.
Dan Mapala akan mati
Karena di kriminalisasi ...
-Yat Lessie-
Komentar
Posting Komentar