JUST THE ORDINARY “PECINTA ALAM”.
Salah satu ...
Masalah terbesar bagaimana proses pembelajaran terhenti, adalah adanya klaim. Sebuah pernyataan tentang siapa aku siapa kamu. Ujungnya , kamu jangan pernah coba-coba memasuki wilayah keahlianku, karena toh .... “emangnya siapa kamu ?”. Intinya basis kualifikasi dan kompetensi seseorang dijadikan satu-satunya aspek penilaian.
Kalau anda fisikawan, jangan memasuki ruangan para psikoloog dan bioloog. Sebaliknya jika anda psikoloog, anda tahu apa tentang fisika. Ngerti apa pula mengenai biologi. Jika anda biloog, pertanyaan senada akan disampaikan. Intinya, belum sampai masuk pada ranah tentang APA yang akan dikatakan, anda pasti terganjal dengan pertanyaan emangnya SIAPA anda. Klaim itu adalah kartu truf tentang siapa dia siapa anda.
Diskusi mentok, masing-masing bermain dalam kotaknya sendiri, yang diberi label para “spesialis”. Seseorang yang meneliti keilmuannya sendiri semakin dalam, namun seringkali juga semakin tidak terhubung dengan bidang dan keilmuan yang lainnya sendiri. Cukup puas dengan gaya fidelity, dimana variabel dan parameter hanya diuji dan dikaji oleh keilmuannya semata. Berbeda dengan pendekatan pre-ordinate, dimana variabel dan parameter bisa juga divalidasi oleh bidang keilmuan yang lainnya.
Salahkah menjadi seorang spesialis ?
Tentu sama sekali tidak salah. Bahkan sebuah usaha yang harus terus dilakukan. Dengan sebuah catatan tentunya. Bahwa spesialis layaknya orang menggali sumur semakin dalam. Semakin menyuruk kedasar bumi, saat kepala mendongak, maka langit yang terlihat hanya sebesar uang logam. Bintang yang nampak sesungguhnya berjumlah ribuan, namun yang terlihat tak lebih dari jumlah jari tangan.
Seorang spesialis harus dibangunkan, dan kembali kepermukaan. Simpan dulu kartu TRUF spesialisnya, untuk melihat realitas nyata keseharian. Bahwa cakrawala masih luas membentang, bahwa hitungan bintang masih triliunan. Serta diingatkan bahwa sumur yang anda gali, bukanlah satu-satunya. Namun ada ribuan sumur spesialisasi yang lainnya.
Suka atau tidak, filsafat keilmuan dipengaruhi oleh perkembangan dalam fisika, psikologi dan biologi. Ilmu-ilmu yang akan berbicara tentang arti dan makna dari materi, kesadaran dan bentuk-bentuk kehidupan. Seraya ke 3 disiplin ilmu tadi menjadi sokogurunya yang utama. Untuk itu dibutuhkan pemikiran yang lebih bersifat generalis, sehingga para spesialis tadi mampu saling berkomunikasi dengan bahasa dan terminologi yang juga di generalisasi, sehingga semua pihak bisa mengerti dan memahaminya. So ... masukan dahulu semua kartu truf itu ke kantong baju masing-masing.
Pecinta alam ...
Senantiasa bergelut dalam ruang materi ( fisika ), disaat yang sama dia juga hidup dalam lingkungan dan alam biologis ( biologi ). Semua itu lalu menjadi bermakna ketika ada kesadaran dan kecerdasan yang mempersepsinya ( psikologi ). Tiga hal yang tidak dipilah-pilah, namun di integrasikan secara harmonis, sehingga memunculkan pandangan dan tatanan yang lebih menyeluruh ( holistik ), lebih utuh komprehensif ( sistemik ), dan selalu tumbuh dalam proses-proses dialektika pembelajaran, layaknya the learning organization ( organismik ).
Pecinta alam akrab dengan 3 hal diatas, yaitu fisika, biologi dan psikologi, berdasarkan pengalaman empirik yang dia terima. Dari faksi pemahaman biasa-biasa saja, sampai ke level yang paling ekstrim sekalipun. Menerima pengalaman realitas yang sesungguhnya, karena basis pendidikan bermetoda partisi-patorik, imersion learning, ekspidensial - eksperiental learning, yang bukan sekedar simulasi dalam ruang-ruang terbatas.
Sehingga saat memberikan ceramah ( foto dok )
dalam setiap setiap pembukaan, selalu saya katakan ....
Bapak ibu yang kami hormati,
Saya bukan ilmuwan, bukan fisikawan, bukan agamawan, bukan budayawan, bukan spesialis ahli, tak punya kartu truf apapun ....
Karena saya hanya seorang pecinta alam biasa saja
Just the ordinary pecinta alam
Nothing more
Yat Lessie
Salah satu ...
Masalah terbesar bagaimana proses pembelajaran terhenti, adalah adanya klaim. Sebuah pernyataan tentang siapa aku siapa kamu. Ujungnya , kamu jangan pernah coba-coba memasuki wilayah keahlianku, karena toh .... “emangnya siapa kamu ?”. Intinya basis kualifikasi dan kompetensi seseorang dijadikan satu-satunya aspek penilaian.
Kalau anda fisikawan, jangan memasuki ruangan para psikoloog dan bioloog. Sebaliknya jika anda psikoloog, anda tahu apa tentang fisika. Ngerti apa pula mengenai biologi. Jika anda biloog, pertanyaan senada akan disampaikan. Intinya, belum sampai masuk pada ranah tentang APA yang akan dikatakan, anda pasti terganjal dengan pertanyaan emangnya SIAPA anda. Klaim itu adalah kartu truf tentang siapa dia siapa anda.
Diskusi mentok, masing-masing bermain dalam kotaknya sendiri, yang diberi label para “spesialis”. Seseorang yang meneliti keilmuannya sendiri semakin dalam, namun seringkali juga semakin tidak terhubung dengan bidang dan keilmuan yang lainnya sendiri. Cukup puas dengan gaya fidelity, dimana variabel dan parameter hanya diuji dan dikaji oleh keilmuannya semata. Berbeda dengan pendekatan pre-ordinate, dimana variabel dan parameter bisa juga divalidasi oleh bidang keilmuan yang lainnya.
Salahkah menjadi seorang spesialis ?
Tentu sama sekali tidak salah. Bahkan sebuah usaha yang harus terus dilakukan. Dengan sebuah catatan tentunya. Bahwa spesialis layaknya orang menggali sumur semakin dalam. Semakin menyuruk kedasar bumi, saat kepala mendongak, maka langit yang terlihat hanya sebesar uang logam. Bintang yang nampak sesungguhnya berjumlah ribuan, namun yang terlihat tak lebih dari jumlah jari tangan.
Seorang spesialis harus dibangunkan, dan kembali kepermukaan. Simpan dulu kartu TRUF spesialisnya, untuk melihat realitas nyata keseharian. Bahwa cakrawala masih luas membentang, bahwa hitungan bintang masih triliunan. Serta diingatkan bahwa sumur yang anda gali, bukanlah satu-satunya. Namun ada ribuan sumur spesialisasi yang lainnya.
Suka atau tidak, filsafat keilmuan dipengaruhi oleh perkembangan dalam fisika, psikologi dan biologi. Ilmu-ilmu yang akan berbicara tentang arti dan makna dari materi, kesadaran dan bentuk-bentuk kehidupan. Seraya ke 3 disiplin ilmu tadi menjadi sokogurunya yang utama. Untuk itu dibutuhkan pemikiran yang lebih bersifat generalis, sehingga para spesialis tadi mampu saling berkomunikasi dengan bahasa dan terminologi yang juga di generalisasi, sehingga semua pihak bisa mengerti dan memahaminya. So ... masukan dahulu semua kartu truf itu ke kantong baju masing-masing.
Pecinta alam ...
Senantiasa bergelut dalam ruang materi ( fisika ), disaat yang sama dia juga hidup dalam lingkungan dan alam biologis ( biologi ). Semua itu lalu menjadi bermakna ketika ada kesadaran dan kecerdasan yang mempersepsinya ( psikologi ). Tiga hal yang tidak dipilah-pilah, namun di integrasikan secara harmonis, sehingga memunculkan pandangan dan tatanan yang lebih menyeluruh ( holistik ), lebih utuh komprehensif ( sistemik ), dan selalu tumbuh dalam proses-proses dialektika pembelajaran, layaknya the learning organization ( organismik ).
Pecinta alam akrab dengan 3 hal diatas, yaitu fisika, biologi dan psikologi, berdasarkan pengalaman empirik yang dia terima. Dari faksi pemahaman biasa-biasa saja, sampai ke level yang paling ekstrim sekalipun. Menerima pengalaman realitas yang sesungguhnya, karena basis pendidikan bermetoda partisi-patorik, imersion learning, ekspidensial - eksperiental learning, yang bukan sekedar simulasi dalam ruang-ruang terbatas.
Sehingga saat memberikan ceramah ( foto dok )
dalam setiap setiap pembukaan, selalu saya katakan ....
Bapak ibu yang kami hormati,
Saya bukan ilmuwan, bukan fisikawan, bukan agamawan, bukan budayawan, bukan spesialis ahli, tak punya kartu truf apapun ....
Karena saya hanya seorang pecinta alam biasa saja
Just the ordinary pecinta alam
Nothing more
Yat Lessie
keren banget kak sebagai pecinta alam
BalasHapusElever Agency